Kumpulan Cerita Silat

28/02/2008

Amanat Marga (09)

Filed under: Amanat Marga, Gu Long — ceritasilat @ 11:32 pm

Amanat Marga (09)
Oleh Gu Long

(Terima kasih kepada Eve1yn, Dragon, Nra, dan Ririn)

Kiam soat menghela nafas, ucapnya dengan sungguh-sungguh, “Jika bukan seorang maha besar, kalau tidak ada hasrat besar untuk mencari pengetahuan, bila tidak berpengalaman luas, mana mungkin seorang disebut serba tahu? Sebab itulah nama ini bagiku hanya menimbulkan rasa kagumku dan tidak ada sedikitpun yang menggelikan.”

Si tojin alias Ban Tat atau Ban-su tong jadi tercengang malah, sungguh ia tidak menyangka orang justru menaruh hormat kepada kepandaiannya itu.
(more…)

Hina Kelana: Bab 111. Pertumpahan Darah di Puncak Ko-san

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — ceritasilat @ 7:28 am

Hina Kelana
Bab 111. Pertumpahan Darah di Puncak Ko-san
Oleh Jin Yong

Dengan suara lantang Co Leng-tan lantas membuka suara, “Hari ini adalah pertemuan Ngo-gak-kiam-pay kami, atas kunjungan para kawan bu-lim yang meluap ini, sungguh di luar dugaan dan terimalah rasa terima kasih kami. Hanya saja kalau ada kekurangan penyambutan dan pelayanan, harap para hadirin sudi memberi maaf.”

“Sudahlah, tak perlu pakai sungkan-sungkan segala, soalnya sekarang orang terlalu banyak, tapi tempatnya sempit,” seru orang banyak.
(more…)

27/02/2008

Pendekar Empat Alis

Filed under: Gu Long, Pendekar Empat Alis — ceritasilat @ 6:44 am

Pendekar Empat Alis
Buku 5: Keajaiban Pulau Es (01)
Oleh Gu Long

Rahasu, negeri yang hendak dituju oleh Liok Siau-hong terletak di selatan Siang-hoa-kang, sungai bunga cemara. Sungai yang terletak di ujung utara, berbatasan dengan daerah yang kini dikenal sebagai Siberia.

Arti Rahasu adalah Lau-ok atau rumah tua, suatu tempat dingin dan terpencil, setiap tahun bila sudah menginjak bulan kesembilan, sungai itu lantas beku, sampai Jing-beng pada bulan keempat tahun berikutnya barulah air sungai akan cair lagi. Sungai terbeku selama tujuh bulan, jadi selama setahun sungai itu lebih lama dalam keadaan beku daripada cair.
(more…)

Amanat Marga (08)

Filed under: Amanat Marga, Gu Long — ceritasilat @ 12:52 am

Amanat Marga (08)
Oleh Gu Long

(Terima kasih kepada Eve1yn, Dragon, Nra, dan Ririn)

Pada saat yang sama sepotong kayu terbakar mendadak jatuh dari atas. Dalam keadaan tergencet, sebisanya Wiki meloncat ke samping.

“Trang” gelang baja menghantam lantai, kayu hangus tadi juga jatuh menerbitkan lelatu.
(more…)

26/02/2008

Hina Kelana: Bab 110. Di Tengah Perebutan Bengcu yang Kacau

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — ceritasilat @ 11:29 pm

Hina Kelana
Bab 110. Di Tengah Perebutan Bengcu yang Kacau
Oleh Jin Yong

Mendengar cerita yang tidak masuk di akal itu, Lenghou Tiong menjadi geli dan terheran-heran. Katanya, “Masakah bisa terjadi begitu? Wah, Thayhwesio ini benar-benar lucu dan aneh.”

“Tapi lelucon yang tidak lucu bagiku,” ujar Dian Pek-kong dengan menyengir. “Keruan waktu itu aku kesakitan setengah mati. Hampir-hampir aku jatuh kelengar. Aku mencaci maki dia, ‘Keledai gundul bangsat, kalau mau bunuh lekas bunuh saja diriku, kenapa kau menyiksa aku secara begini keji?'”
(more…)

Amanat Marga (07)

Filed under: Amanat Marga, Gu Long — ceritasilat @ 12:39 am

Amanat Marga (07)
Oleh
Gu Long

(Terima kasih kepada Eve1yn, Dragon, Nra, dan Ririn)

Karena merasa tidak bersalah, maka dada Lamkiong Peng cukup lapang, ia tidak menghiraukan sikap Wi Ki dan ucapan Kwe Giok-he yang bersifat negatif itu, ia pikir, “Memang ingin kutanya keadaan Liong-toako, kebetulan sekarang orang tua ini telah mendahului bertanya bagiku.”

Melihat kecanggungan di antara anak murid Put-si-sin-liong itu, diam-diam tokoh kosen dari luar perbatasan, Ban-li-liu-hiang (meninggalkan nama harum beribu li) Yim Hong-peng, menaruh perhatian, ia pikir apakah di antara anak murid Sin-liong ini terjadi pertentangan atau persaingan, mengapa ketiganya tidak ada kesatuan ucapan dan perbuatan?
(more…)

25/02/2008

Amanat Marga (06)

Filed under: Amanat Marga, Gu Long — ceritasilat @ 12:34 am

Amanat Marga (06)
Oleh
Gu Long

(Terima kasih kepada Eve1yn, Dragon, Nra, dan Ririn)

Lamkiong Peng tercengang, tanpa bersuara ia menunduk dan merasa menyesal.

Maka Bwe Kim-soat bicara lagi, “Esoknya aku lantas menyiarkan berita bahwa bila orang itu kulihat lagi, lebih dulu akan kucungkil matanya dan memotong daun telinganya, lalu mencencang tubuhnya. Dan karena orang Kangouw tidak tahu sebab musababnya, seketika timbul macam-macam desas-desus, dengan sendirinya desas-desus itu sama merugikan nama baikku.”
(more…)

Pendekar Empat Alis

Filed under: Gu Long, Pendekar Empat Alis — ceritasilat @ 12:03 am

Pendekar Empat Alis
Buku 04: Rumah Judi Pancing Perak
Bab 10. Kah Lok-san Dibunuh (TAMAT)
Oleh Gu Long

(Terima kasih kepada Edisaputra)

Dalam kegelapan lamat-lamat terlihat sesosok bayangan berduduk di depan sana. Entah kapan datangnya, juga sudah berapa lama orang berduduk di situ?

“Ada tamu, tuan rumah tidur seenaknya, kukira bukan cara demikianlah melayani seorang tamu,” terdengar orang itu berkata.
(more…)

24/02/2008

Amanat Marga (05)

Filed under: Amanat Marga, Gu Long — ceritasilat @ 12:29 am

Amanat Marga (05)
Oleh
Gu Long

(Terima kasih kepada Eve1yn, Dragon, Nra, dan Ririn)

Kembali Ih-hong menunduk, air mata pun bercucuran pula, ratapnya, “O, Tuhan, mengapa aku dilahirkan menjadi keturunan Coat-ceng-kiam, lalu membuatku utang budi terhadap Put-si-sin-liong …. O, Thian, betapa pedih rasa hatiku setiap kali setelah aku berbuat khianat terhadap Suhu, tapi … tapi jika hal itu tidak kulakukan, bagaimana pula aku harus berbakti terhadap kakek, terhadap ayah ….”

Karena terharu, Ciok Tim juga menitikkan air mata.
(more…)

Pendekar Empat Alis

Filed under: Gu Long, Pendekar Empat Alis — ceritasilat @ 12:01 am

Pendekar Empat Alis
Buku 04: Rumah Judi Pancing Perak
Bab 09. Memaksa Orang Lain untuk Makan
Oleh Gu Long

(Terima kasih kepada Edisaputra)

Akhirnya Siau-hong berangkat juga. Ucapan Ting-hiang-ih memang tidak salah, dengan sendirinya ia tidak dapat menemaninya selama hidup.

Cuaca cukup cerah, sinar sang surya tetap gilang gemilang, tapi rencana Siau-hong tidak riang lagi seperti tadi.
(more…)

23/02/2008

Pendekar Empat Alis

Filed under: Gu Long, Pendekar Empat Alis — ceritasilat @ 11:58 pm

Pendekar Empat Alis
Buku 04: Rumah Judi Pancing Perak
Bab 08. Kutahu Kau Belum Mati
Oleh Gu Long

(Terima kasih kepada Edisaputra)

Di dalam rumah masih ada cahaya lampu.

Pada waktu dia berangkat tadi, cahaya lampu mestinya sangat terang, tapi sekarang sudah jauh lebih guram.
(more…)

Darah Ksatria: Bab 14. Tiada Ampunan

Filed under: +Darah Ksatria, Gu Long — ceritasilat @ 11:46 pm

Darah Ksatria
Bab 14. Tiada Ampunan
Oleh Gu Long

Pertama kalinya Ma Ji-liong melihat Ji Ngo, Ji Ngo sedang memasak makanan. Banyak orang yang memasak setiap harinya di dunia ini, jadi memasak bukanlah hal yang aneh. Tapi bila Kanglam Ji Ngo yang memasak di dapur, orang-orang pasti akan merasa kagum.

Tapi tempat ini adalah kamar mayat, bukan rumah makan atau sebuah dapur.
(more…)

Amanat Marga (04)

Filed under: Amanat Marga, Gu Long — ceritasilat @ 12:26 am

Amanat Marga (04)
Oleh
Gu Long

(Terima kasih kepada Eve1yn, Dragon, Nra, dan Ririn)

Kening Ciok Tim bekernyit rapat, katanya pula, “Tapi orang ini sebenarnya kawan atau lawan, sungguh sukar untuk diraba. Jika maksud orang ini tidak jahat, dengan sendirinya boleh kita naik ke atas dengan memanjat tali, kalau sebaliknya … wah, keadaan kita saat ini sungguh sangat berbahaya.”

Giok-he tersenyum dan menggeleng, “Jika dipandang dari kelihaian orang ini, jika dia bermaksud membikin susah kita, untuk apa membuang tenaga percuma cara begini?”
(more…)

22/02/2008

Pendekar Empat Alis

Filed under: Gu Long, Pendekar Empat Alis — ceritasilat @ 11:57 pm

Pendekar Empat Alis
Buku 04: Rumah Judi Pancing Perak
Bab 07. Im-tong-cu
Oleh Gu Long

(Terima kasih kepada Edisaputra)

Liok Siau-hong sudah berangkat, dia berangkat seperti mau berjalan-jalan mencari angin. Leher baju saja tidak dikancingkan dengan baik.

Akan tetapi mengapa dia meninggalkan semua Ginbio itu, apakah lantaran dia tidak yakin benar akan dapat kembali dengan hidup?
(more…)

Darah Ksatria: Bab 13. Gadis Penjual Bunga

Filed under: +Darah Ksatria, Gu Long — ceritasilat @ 11:44 pm

Darah Ksatria
Bab 13. Gadis Penjual Bunga
Oleh Gu Long

Malam yang dingin, tidak berawan dan penuh bintang. Di bawah sinar bintang, punggung gadis penjual bunga itu terasa sudah dikenalnya, seolah-olah gadis itu adalah kenalan lamanya. Dia tidak menggunakan ginkang, dia pun tidak lari. Tapi Ma Ji-liong tetap tidak mampu menyusulnya.

Maka dia lalu menggunakan Thian-ma-hing-khong yang termasyur di dunia Kang-ouw. Tapi tiba-tiba gadis itu sudah menjauh 50-60 kaki. Dia berusaha menyusulnya lagi, tapi gadis itu malah semakin jauh di depan sana.
(more…)

Older Posts »

Blog at WordPress.com.