Kumpulan Cerita Silat

14/10/2008

Hina Kelana: Bab 144. Yang Jahat Pasti Terima Ganjarannya (Tamat)

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 1:40 am

Hina Kelana
Bab 144. Yang Jahat Pasti Terima Ganjarannya (Tamat)
Oleh Jin Yong

(Ratusan dan ribuan jutaan terima kasih ditujukan kepada Nra (Bab 001-109) dan Tungning (110-114). Cersil ini dipublikasikan oleh kedua beliau itu mulai 30/09/05 sampai 10/10/08. Kerja keras hampir tiga tahun-nan. Impressif…Kagum…Salut)

Segera Tiong-hi Tojin mengirim orang untuk memberitahukan kepada Jing-hi dan Seng-ko agar kursi wasiat serta sumbu-sumbu dinamit yang telah dipasang itu segera dihapus.

Lalu Lenghou Tiong mengundang Hong-ting dan Tiong-hi masuk kembali ke Bu-sik-am untuk mengaso di ruangan sembahyang itu.
(more…)

13/10/2008

Hina Kelana: Bab 143. Diplomasi Tiau-yang-kau yang Berhasil

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 1:36 am

Hina Kelana
Bab 143. Diplomasi Tiau-yang-kau yang Berhasil
Oleh Jin Yong

Maka tertampaklah sebuah tandu besar beratapkan kain beledu biru digotong ke atas Kian-seng-hong. Tandu besar itu digotong oleh 16 orang, bergeraknya tampak sangat cepat lagi anteng. Suatu tanda ke-16 pemikul tandu itu adalah jago-jago silat pilihan semua.

Waktu Lenghou Tiong mengamat-amati para pemikul tandu itu, ternyata di antaranya terdapat Coh Jian-jiu, Ui Pek-liu, Keh Bu-si dan lain-lain. Coba kalau badan Lo Thau-cu tidak terlalu pendek, tentu pula dia akan dipaksa menjadi tukang pikul tandu itu.
(more…)

12/10/2008

Hina Kelana: Bab 142. Menantikan Musuh dengan Perangkap

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 1:30 am

Hina Kelana
Bab 142. Menantikan Musuh dengan Perangkap
Oleh Jin Yong

Mendengar keterangan itu, serentak air muka Lenghou Tiong dan para padri Siau-lim-si berubah. Hong-ting Taysu lantas menyebut, “Omitohud!”

Lalu Tiong-hi berkata pula, “Kebaikan pesawat rahasia di dalam kursi itu adalah tidak seketika bekerja, bila diduduki begitu saja takkan terjadi apa-apa, tapi mesti diduduki kira-kira seminuman teh baru sumbu obat peledak itu akan bekerja. Yim Ngo-heng itu seorang cerdik dan suka curiga, bila mendadak tampak ada sebuah kursi bagus di sini tentu dia takkan berduduk begitu saja, dia pasti akan suruh bawahannya mencoba-coba berduduk di situ lebih dulu, habis itu barulah dia berani berduduk. Di atas kursi ini tersulam naga menyongsong matahari, tertulis pula semboyan-semboyan yang memuja sang kaucu, tentu anak buah Mo-kau tak berani duduk lama-lama, sedangkan sekali Yim Ngo-heng sudah berduduk di situ tentu enggan meninggalkan kursi kebesaran ini.”
(more…)

11/10/2008

Hina Kelana: Bab 141. Yim Ngo-heng Mati, Pertikaian pun Berhenti

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 1:26 am

Hina Kelana
Bab 141. Yim Ngo-heng Mati, Pertikaian pun Berhenti
Oleh Jin Yong

Ketika para anggota Tiau-yang-sin-kau mendengar ucapan sang kaucu mendadak berhenti setengah-setengah, suaranya juga kedengaran serak, semua orang menjadi kaget dan sama mendongak, maka terlihatlah kulit muka sang kaucu berkerut-kerut, tampaknya sangat kesakitan, menyusul tubuh sang kaucu menggeliat terus roboh terjungkal.

“Kaucu!” Hiang Bun-thian berseru kaget.
(more…)

10/10/2008

Hina Kelana: Bab 140. Lenghou Tiong Tetap Menolak Masuk Mo-kau

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: , — ceritasilat @ 1:19 am

Hina Kelana
Bab 140. Lenghou Tiong Tetap Menolak Masuk Mo-kau
Oleh Jin Yong

Tidak lama kemudian, terdengarlah suara bentakan dan makian, dua-tiga tianglo tampak memimpin anak buahnya menggiring beberapa puluh anak murid Ko-san, Hoa-san, Heng-san, dan Thay-san-pay naik ke atas situ.

Anak murid Hoa-san-pay memangnya tidak banyak, sedangkan sebagian besar jago-jago Ko-san-pay, Heng-san-pay, dan Thay-san-pay sudah mati terbunuh tadi, maka jumlah sisa mereka ternyata tinggal tujuh likur saja alias 27 orang, bahkan semuanya tergolong “bu-beng-siau-cut”, jago-jago yang kurang terkenal, malahan hampir semuanya terluka.
(more…)

11/01/2008

Hina Kelana: Bab 109. Antara Guru Dogol dan Murid Istimewa

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 10:32 pm

Hina Kelana
Bab 109. Antara Guru Dogol dan Murid Istimewa
Oleh Jin Yong

“Dahulu itu kan terpaksa, apalagi lantaran itu telah timbul banyak omongan-omongan iseng,” kata Ing-ing. “Tadi Ayah mengatakan aku… aku hanya memikirkan kau dan tidak mau ayah lagi, kalau sekarang aku benar ikut pergi bersama kau tentu Ayah tambah marah. Setelah mengalami penderitaan-penderitaan selama belasan tahun agaknya watak Ayah rada-rada berubah aneh, kupikir harus menjaganya dengan baik-baik dan tidak tega berpisah dengan beliau. Asalkan hatimu tidak berubah, selanjutnya waktu berkumpul kita kan masih panjang?”

Kata-kata terakhir itu diucapkan dengan lirih sehingga hampir-hampir tak terdengar. Kebetulan waktu itu segumpal mega putih melayang tiba sehingga mereka seperti terbungkus di dalam awan. Meski mereka duduk bersanding, namun tampaknya hanya remang-remang, jarak keduanya seperti sangat jauh.
(more…)

07/01/2008

Hina Kelana: Bab 108. Yim Ngo-heng Menjadi Kaucu Lagi

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 3:12 am

Hina Kelana
Bab 108. Yim Ngo-heng Menjadi Kaucu Lagi
Oleh Jin Yong

“Yim-kaucu,” kata Tonghong Put-pay pula, “segala macam kebaikanmu padaku selamanya takkan kulupakan. Tadinya aku cuma seorang hiangcu, termasuk bawahan Tong-toako, tapi engkau menaruh perhatian padaku dan berulang-ulang memberi kenaikan pangkat padaku, sampai-sampai pusaka kita seperti Kui-hoa-po-tian juga kau wariskan padaku dan menunjuk diriku sebagai penggantimu kelak. Semua budi kebaikan ini takkan kulupakan selama hidup.”

Lenghou Tiong melirik sekejap ke arah mayat Tong Pek-him, pikirnya, “Tadi kau terus-menerus memuji kebaikan orang tua ini padamu, tapi mendadak kau membinasakannya. Sekarang kau hendak mengulangi kelicikanmu pada Yim-kaucu, masakah beliau dapat kau tipu?”
(more…)

05/01/2008

Hina Kelana: Bab 107. Rahasia Pribadi Tonghong Put-pay

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 1:12 pm

Hina Kelana
Bab 107. Rahasia Pribadi Tonghong Put-pay
Oleh Jin Yong

“Ngaco-belo!” bentak Nyo Lian-ting. “Berlututlah kau!”

Dua dayang segera menendang belakang dengkul Tong Pek-him untuk memaksanya tekuk lutut. Tapi mendadak terdengar suara jeritan dua kali, kedua dayang itu terpental sendiri ke belakang dengan tulang kaki patah dan muntah darah. Sungguh hebat lwekang Tong Pek-him itu.
(more…)

03/01/2008

Hina Kelana: Bab 106. Lenghou Tiong Ikut Menyerang ke Markas Mo-kau

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 1:12 pm

Hina Kelana
Bab 106. Lenghou Tiong Ikut Menyerang ke Markas Mo-kau
Oleh Jin Yong

Ing-ing menjadi geli sendiri dan menutup mulutnya supaya tidak mengeluarkan suara tertawa.

“Bagaimana pendapatmu agar kita dapat naik ke Hek-bok-keh dengan lancar?” tanya Yim Ngo-heng.
(more…)

31/12/2007

Hina Kelana: Bab 105. Lolos dari Lubang Jarum

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 2:28 pm

Hina Kelana
Bab 105. Lolos dari Lubang Jarum
Oleh Jin Yong

“Jangan kau mengaco-belo tak keruan,” bentak Ing-ing. “Ini, Tiat-bok-leng (kayu besi tanda pengenal) Kaucu berada padaku. Menurut perintah Kaucu, Kah Po telah mengadakan persekutuan jahat, hendaklah setiap anggota segera menangkap dan membunuhnya bila melihatnya, untuk mana hadiah disediakan.”

Habis berkata ia terus acungkan tangannya tinggi-tinggi, benar juga sepotong kayu hitam yang dikenal sebagai Tiat-bok-leng memang betul dia pegang.
(more…)

Hina Kelana: Bab 104. Asal Usul Pi-sia-kiam-hoat

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 2:26 pm

Hina Kelana
Bab 104. Asal Usul Pi-sia-kiam-hoat
Oleh Jin Yong

“Kalau dipikir menurut ceritamu, agaknya kesepuluh gembong Mo-kau itu masuk perangkap Ngo-gak-kiam-pay, mereka terpancing ke dalam gua sehingga tidak mampu lolos,” kata Hong-ting.

“Ya, Wanpwe juga berpikir demikian,” jawab Lenghou Tiong. “Dari sebab itu gembong-gembong Mo-kau itu merasa penasaran, lalu mereka mengukir tulisan untuk mencaci maki Ngo-gak-kiam-pay serta melukiskan jurus-jurus ilmu silat mereka yang telah mengalahkan ilmu pedang Ngo-gak-kiam-hoat agar diketahui angkatan yang akan datang, supaya angkatan berikutnya mengetahui kematian mereka itu bukan kalah tanding, tapi terjebak oleh tipu muslihat musuh. Hanya saja di samping beberapa tulang itu terdapat pula beberapa batang pedang yang jelas adalah senjata dari pihak Ngo-gak-kiam-pay.”
(more…)

26/12/2007

Hina Kelana: Bab 103. Seksi Istimewa Hing-san-pay

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 4:04 pm

Hina Kelana
Bab 103. Seksi Istimewa Hing-san-pay
Oleh Jin Yong

Lenghou Tiong lantas menyambung, “Jika kalian mau menjadi anggota Hing-san-pay, ya boleh juga. Cuma kalian tidak perlu mengangkat guru segala, cukup dianggap sudah menjadi anggota. Untuk selanjutnya Hing-san-pay boleh mengadakan suatu… eeh suatu… suatu ‘seksi istimewa’. Kukira Thong-goan-kok di sebelah sana adalah suatu tempat tinggal yang baik bagi kalian.”

Thong-goan-kok adalah suatu lembah tidak jauh di sebelah Kian-seng-hong, puncak Hing-san tertinggi di mana biara induk Hing-san-pay berada. Meski jarak lembah itu tidak jauh, tapi untuk menuju ke puncak Kian-seng-hong harus melalui jalanan yang terjal dan berbahaya. Dengan menempatkan orang-orang kasar itu di lembah terpencil itu maksud Lenghou Tiong ialah untuk memisahkan mereka dari para nikoh.
(more…)

24/12/2007

Hina Kelana: Bab 102. Lenghou Tiong Dilarang Menjabat Ciangbunjin Hing-san-pay oleh Co Leng-tan

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 10:26 pm

Hina Kelana
Bab 102. Lenghou Tiong Dilarang Menjabat Ciangbunjin Hing-san-pay oleh Co Leng-tan
Oleh Jin Yong

Karena menduga takkan kedatangan tamu, maka para murid juga tidak menyiapkan tempat pondokan dan makanan bagi tetamu. Mereka cuma sibuk menggosok lantai, mengapur dinding, dan bikin pembersihan di mana perlu. Masing-masing anak murid itu pun membuat baju dan sepatu baru. The Oh dan lain-lain juga membuatkan suatu setel jubah hijau bagi Lenghou Tiong untuk dipakai pada hari upacara nanti.

Pagi-pagi hari tanggal 16 bulan dua, waktu Lenghou Tiong bangun, dilihatnya suasana puncak Kian-seng-hong di Hing-san itu benar-benar meriah. Anak murid Hing-san-pay itu ternyata sangat rajin mengatur perayaan yang akan dilangsungkan itu. Lenghou Tiong merasa terharu, “Lantaran diriku sehingga kedua suthay tua mengalami nasib malang, tapi anak muridnya tidak menyalahkan aku, sebaliknya malah menghargai diriku sedemikian rupa. Maka kalau tidak dapat membalaskan sakit hati kematian ketiga suthay tua, percumalah aku menjadi manusia.”
(more…)

22/12/2007

Hina Kelana: Bab 101. Lenghou Tiong Mengetuai Kaum Nikoh

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 10:21 pm

Hina Kelana
Bab 101. Lenghou Tiong Mengetuai Kaum Nikoh
Oleh Jin Yong

Setelah membedakan arah, Lenghou Tiong terus menuju ke Siau-lim-si lagi. Menjelang magrib tibalah di tempat tujuan. Ia menyatakan maksud kedatangannya kepada hwesio penyambut tamu dan mohon dibolehkan mengusung jenazah Ting-sian dan Ting-yat Suthay pulang ke Hing-san.

Setelah dilaporkan, kemudian hwesio penyambut tamu memberitahukan, “Menurut Hongtiang, jenazah kedua suthay sudah diperabukan dan sekarang sedang dilakukan sembahyangan oleh segenap penghuni biara ini. Tentang abu jenazah kedua suthay selekasnya akan kami antar ke Hing-san.”
(more…)

20/12/2007

Hina Kelana: Bab 100. Isi Hati Ketua Hoa-san-pay

Filed under: +Hina Kelana, Jin Yong — Tags: — ceritasilat @ 10:26 pm

Hina Kelana
Bab 100. Isi Hati Ketua Hoa-san-pay
Oleh Jin Yong

“Demi kebaikan Anak Sian? Padahal Peng-ci adalah yang baik dan sopan, apanya yang kurang baik?”

“Meski Peng-ci sangat giat belajar, tapi kalau dibandingkan Lenghou Tiong adalah seperti langit dan bumi, biarpun dia naik kuda selama hidup ini juga sukar menyusulnya.”
(more…)

Older Posts »

Blog at WordPress.com.