Kumpulan Cerita Silat

18/04/2009

Kisah Membunuh Naga (58)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — Tags: — ceritasilat @ 12:43 pm

Kisah Membunuh Naga (58)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Hampir bersamaan muncul tiga orang, semua mengenakan jubah putih. Dua di antaranya bertubuh jangkung sedang yang di sebelah kiri seorang wanita. Mereka berdiri dengan membelakangi rembulan sehingga Boe Kie tidak bisa melihat muka mereka. Tapi tak bisa salah lagi mereka adalah anggota Beng-kauw, karena pada ujung jubah mereka tersulam sebuah obor.

“Seng hwee leng Beng-kauw sudah tiba,” kata si jangkung yang berdiri di tengah-tengah. “Hoe kauw Liong ong, Say ong, mengapa kalian tidak menyambut dengan berlutut.” Ia berbicara dalam bahasa Han yang sangat jelek dan kaku.
(more…)

17/04/2009

Kisah Membunuh Naga (57)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — Tags: — ceritasilat @ 12:37 pm

Kisah Membunuh Naga (57)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Keterangan Tio Beng sangat beralasan tapi mengingat sikap dan suara Tan Yoe Liang yang wkt itu sangat bersungguh-sungguh, Boe Kie menyangsikan kebenaran penafsiran si nona.

“Baiklah,” kata pula nona Tio. “Sekarang aku ingin mengajukan lain pertanyaan. Waktu Tan Yoe Liang bicara dengan Cia Tayhiap, bagaimana sikap kedua tangan dan kedua kakinya?”
(more…)

16/04/2009

Kisah Membunuh Naga (56)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — Tags: — ceritasilat @ 12:34 pm

Kisah Membunuh Naga (56)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

“Cioe Kouwnio, kepandaianmu masih sangat rendah.” kata si nenek. “Apa bisa gurumu menyerahkan kedudukan Ciang boenjin kepadamu.”

Cioe Jiak tahu, bahwa begitu si nenek menekan dengan tenaga dalam, jiwanya akan melayang. Tapi begitu ingat gurunya, semangatnya berkobar2. Sambil mengacungkan tangannya, ia berkata dengan suara nyaring, “Popo, inilah cincin besi tanda Ciang boenjin yang dimasukkan kejari tanganku oleh Siansoe sendiri. Apa kau masih bersangsi.”
(more…)

03/11/2008

Kisah Membunuh Naga (55)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 12:46 am

Kisah Membunuh Naga (55)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Mendengar perkataan muridnya, Biat Coat berkata, “Cie Jiak, lekas turun, jangan perdulikan aku!
Penjahat ini terlalu mengejek aku. Tak bisa aku mengampuni jiwanya.”

Ho Pit Ong mengeluh. Ia ingin menolong soehengnya dan di luar dugaan, si nenek menyerang secara
nekat-nekatan. “Biat coat Soethay!” teriaknya. “Omongan itu berasal dari Kouw Touwtoo, bukan
karanganku.”
(more…)

01/11/2008

Kisah Membunuh Naga (54)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 12:40 am

Kisah Membunuh Naga (54)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Tapi sekarang ia harus mengucapkan sumpah yang begitu hebat. Sumpah yang menyebut roh kedua orang tuanya, sumpah yang menyeret juga anak-anaknya yang belum lahir. Tapi melihat sinar mata gurunya yang berkilat-kilat, ia tidak berani membantah. Dengan kepala puyeng dan dengan suara parau, ia mengucapkan kata-kata yang diucapkan Biat Coat.

Sesudah muridnya itu bersumpah begitu berat, paras si nenek berubah lunak, “Kau bangunlah,” katanya.
(more…)

24/10/2008

Kisah Membunuh Naga (53)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 12:41 am

Kisah Membunuh Naga (53)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Tiba-tiba Hoan Yauw bangkit dan mencengkram dada Ho Pit Ong sambil mengeluarkan suara “ah ah uh uh.” Matanya mendelik dan ia kelihatannya sangat gusar.

“Kouw Tay-soe, mengapa kau?” Tanya Soen Sam Hwie.
(more…)

23/10/2008

Kisah Membunuh Naga (52)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 12:33 am

Kisah Membunuh Naga (52)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Makin lama keadaan pihak Boe Kie jadi makin jelek. Mereka bingung dan makin bingung, mereka makin terdesak.

Sekonyong-konyong Tio Beng membentak. “Semua berhenti!”
(more…)

22/10/2008

Kisah Membunuh Naga (51)

Filed under: Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:11 am

Kisah Membunuh Naga (51)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

“Aku merasa pasti, bahwa di dalam hal ini terselip sesuatu yang luar biasa. Diam-diam aku memesan supaya semua saudara berwaspada dan harus menjaga supaya penyamaran kita tidak diketahui. Di sepanjang jalan kami memperhatikan gerak-gerik dan bicaranya orang-orang yang mengiring kami. Tapi mereka sangat berhati-hati dan di hadapan kami, mereka tak pernah bicara sembarangan. Belakangan, dengan memberankan diri ditengah malam saudara Gouw Liang coba memasang kuping di luar jendela kamar mereka. Sesudah menyatroni 4-5 malam, barulah ia mendapat sedikit keterangan. Ternyata hweesio itu adalah pendeta-pendeta berilmu dati Siauw Lim Sie di siong san.”

Biarpun sudah menduga dari semula, mendengar itu Boe Kie mengeluarkan seruan kaget.
(more…)

30/08/2008

Kisah Membunuh Naga (50)

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:22 am

Kisah Membunuh Naga (50)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

“Di dalam hati, aku menyintai dan menghormati kau sebagai seorang kakak. Tapi terhadap dia, aku mempunyai rasa kasihan dan rasa cinta yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Usianya banyak lebih tua dan tingkatannya pun lebih tinggi daripada aku. Di samping itu, ayah adalah seorang musuh besarnya. Ku tahu bahwa dalam hal ini kau menghadapi kesukaran-kesukaran besar. Tapi.. tanpa memperdulikan apapun jua, aku membuka isi hatiku kepadamu.” Sehabis berkata begitu, tiba-tiba ia berbangkit dan kabur secepatnya.

Boe Kie berdiri bagaikan patung dan dengan hati berduka ia mengawasi si bayangan Poet Hwi yang lalu menghilang di lembah gunung. Lama ia berdiri di situ dengan air mata mengalir di kedua pipinya. Sesudah kenyang menangis, barulah ia menyusul kawan-kawannya.
(more…)

29/08/2008

Kisah Membunuh Naga (49)

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:19 am

Kisah Membunuh Naga (49)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Karena belum berlatih dalam Thay Kek Koen, Boe Kie lantas saja keteter. Beberapa saat kemudian terdengar suara “Bret!” dan tangan baju Boe Kie robek, kesambar jari tangan yang sangat luar biasa itu. Boe Kie terpaksa menggunakan ilmu mengentengkan badan. Oe Boen Cek mencaci dan mengejar. Tapi mana bisa ia mengejar Boe Kie?

Sambil berlari-lari, Boe Kie berpikir, “Kalau aku terus kabur, bukankah aku kalah” Aku belum biasa dengan Thay Kek Koen, biarlah aku menyisipkan Kian Koen Tay Lo Ie.”
(more…)

28/08/2008

Kisah Membunuh Naga [48]

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:14 am

Kisah Membunuh Naga [48]
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Thio Sam Hong dan Jie Thay Giam sudah menjadi guru dan murid selama puluhan tahun dan mereka sudah saling mengenal isi hati masing-masing.

Mendengar perkatahan Thay Giam, Sam Hong segera mengerti maksud si murid. Ia tersenyum-senyum dan berkata, “Thay Giam, hidup atau mati, dihormati dan dihina, adalah soal-soal remeh. Tapi pelajaran istimewa dari Boe Tong Pay tidak boleh karena itu menjadi putus di tengah jalan. Dalam menutup diri selama delapan belas bulan, aku telah mendapatkan intisari dari ilmu silat dan telah mengubah Thay Kek Koen serta Thay Kek Kiam. Kedua ilmu ini sekarang aku hendak turunkan kepadamu.”
(more…)

27/08/2008

Kisah Membunuh Naga (47)

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:26 am

Kisah Membunuh Naga (47)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

“Thio Kongcoe,” kata Siauw Ciauw sambil tertawa. “Thio Kauwnio bersikap manis luar biasa terhadapmu.”

“Aku seorang lelaki, perlu apa dengan perhiasan itu?” kata Boe Kie. “Siauw Ciauw, kau ambillah.”
(more…)

26/08/2008

Kisah Membunuh Naga (46)

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:12 am

Kisah Membunuh Naga (46)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Menurut dugaannya, rombongannya itu merupakan bala bantuan yang datang belakangan, sebab ia melihat mereka waktu berada di Kong beng teng. Ia sendiri tak bisa menebak, mengapa mereka turunkan tangan beracun itu. Sekian antara lain penuturan In Lie-Heng.

Selama dalam perjalanan, Poet Hwie merawat Lie Heng dengan telaten. Si nona tahu, bahwa mendiang ibunya telah mengecewakan pendekar Boe tong itu. Melihat keadaan orang tua itu yang sangat menyedihkan, rasa kasihannya jadi semakin besar.
(more…)

25/08/2008

Kisah Membunuh Naga (45)

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:03 am

Kisah Membunuh Naga (45)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

“Poet Hwie moy moy apa kau terluka?” tanya Boe Kie.

“Tidak, terima kasih atas pertolonganmu,” jawabnya.
(more…)

24/08/2008

Kisah Membunuh Naga (44)

Filed under: Jin Yong, Kisah Membunuh Naga — ceritasilat @ 1:09 am

Kisah Membunuh Naga (44)
Oleh Jin Yong

(Terima kasih kepada Saudara Pepe Haliwell)

Jika Song Ceng Soe tidak menyerang begitu cepat, sesudah menotok Pot Hoe Hiatnya sendiri, ia tak akan bisa mengirim dua pukulan yang berikutnya. Tapi karena empat pukulan itu dikirim secara berantai dengan kecepatan luar biasa, maka biarpun Pok Hoe Hiat nya sudah tertotok, ia masih bisa mengirim dua serangan lagi, sebab lengannya belum kesemutan. Sesudah keempat pukulan itu dikirim, barulah kaki tangannya lemas dan ia roboh terjengkang. Beberapa kali ia coba bangun, tapi tidak berhasil.

Song Wan Kiauw menghampiri dengan berlari-lari. Dengan mengurut beberapa kali, ia membuka jalan darah puteranya yang tertotok. Kedua pipi Ceng Soe bengkak dan bertepa lima tarak jari. Lukanya enteng, tapi karena adatnya yang tinggi, maka bagi Ceng Soe, kekalahan itu merupakan penderitaan yang lebih hebat dari pada kebinasaan.
(more…)

Older Posts »

Blog at WordPress.com.