Hina Kelana
Bab 109. Antara Guru Dogol dan Murid Istimewa
Oleh Jin Yong
“Dahulu itu kan terpaksa, apalagi lantaran itu telah timbul banyak omongan-omongan iseng,” kata Ing-ing. “Tadi Ayah mengatakan aku… aku hanya memikirkan kau dan tidak mau ayah lagi, kalau sekarang aku benar ikut pergi bersama kau tentu Ayah tambah marah. Setelah mengalami penderitaan-penderitaan selama belasan tahun agaknya watak Ayah rada-rada berubah aneh, kupikir harus menjaganya dengan baik-baik dan tidak tega berpisah dengan beliau. Asalkan hatimu tidak berubah, selanjutnya waktu berkumpul kita kan masih panjang?”
Kata-kata terakhir itu diucapkan dengan lirih sehingga hampir-hampir tak terdengar. Kebetulan waktu itu segumpal mega putih melayang tiba sehingga mereka seperti terbungkus di dalam awan. Meski mereka duduk bersanding, namun tampaknya hanya remang-remang, jarak keduanya seperti sangat jauh.
(more…)